Sabtu, 18 Februari 2012

Fatwa Lajnah Daaimah No. 782

  • Pertanyaan Ketiga, Fatwa no 782.

    Pertanyaan:
    Kami memiliki anak-anak dan kami menginginkan mereka bertafakkur tentang apa yang telah Allah subhanaahu wata’aala ciptakan. Apakah yang menahan tanah yang ada di permukaan air yang mencegahnya jatuh ke dalam air?
     
    Dan mereka berkata bahwa: “Bumi ini terdiri dari tujuh lapisan dan ada penduduknya pada masing-masing lapisan”. Di antara klaim yang mereka kira adalah bahwa: “Salah satu lapisan bumi lebih panas daripada neraka. Ini adalah tempat di mana Allah menempatkan jiwa-jiwa orang berdosa dan orang-orang kafir”. Mereka juga mengklaim bahwa dua malaikat yakni Harut dan Marut sedang dihukum di bawah bumi. Tolong, beritahu kami tentang hukuman yang mereka dapatkan! Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan ".

    Jawab:
    Pertama: Tidak ada tanah di atas permukaan air ini jawaban bagi Anda yang bertanya tentang apa yang mencegahnya agar tidak jatuh ke dalam air. Hanya udara dan langit yang berada di atas air. Semua ciptaannya dalam genggaman dan semua tampat berada dalam Kemahakuasaan Allah Ta’ala.
    Allah Ta’ala berfirman:
    إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ
    Artinya: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah.” (QS. Faathir: 41).

    Adapun maksud dari kata “Menahan” adalah rahasia Allah atau biarkan saja Allah Yang Maha Pencipta yang mengetahui maknanya dan sebab-sebabnya. Inilah yang diketahui dari para ulama dan selainnya adalah sebagai “sunnah kauniyyah”. Sebagaimana hadits dalam Shahih al-Bukhari dari sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu:
    حدثوا الناس بما يعرفون أتريدون أن يكذب الله ورسوله
    Artinya: “Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa yang dapat mereka pahami ! Apakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Al-Bukhari no 127).

    Kedua: Allah menyatakan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapisan. Allah berfirman:
    اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
    Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (QS. Ath-Thalaaq: 12).
    Dan para ulama berkata dengan ijtihad mereka: “Diantara setiap lapisannya terdapat udara. Dan pada setiap lapisannya dihuni oleh makhluk-makhluk ciptaan Allah”. Mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala:
    يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
    Artinya: “Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (QS. Ath-Thalaaq: 12).

    Dan sebagian ulama yang lainnya berkata: “Bahwasanya tujuh lapis bumi itu berdekatan satu sama lainnya.” Mereka berdalil dengan hadits:
    مَنِ اقْتَطَعَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ ظُلْمًا، طَوَّقَهُ اللهُ إِيَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
    Artinya: “Barangsiapa mengambil sejengal tanah saudaranya dengan zhalim, niscaya Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis bumi pada hari Kiamat.” (Mutafaqqun ‘alaih).

    Ketiga: (Sijjin) adalah masalah Ghaib, kita harus menahan diri berbicara tentang hal ini kecuali dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Kitab-Nya atau oleh Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Allah berfirman:
    كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ .وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ .كِتَابٌ مَرْقُومٌ.
    Artinya: “Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. Tahukah, kamu apakah sijjin itu?. (Ialah) kitab yang bertulis. ” (QS. Al-Muthaffifiin: 7-9).

    Kita wajib beriman dengan hal ini dan tanpa ada penambahan kata-kata dari diri kita, jika tidak, kita mungkin jatuh ke dalam larangan Allah, sebagaimana firman-Nya:
    وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ.
    Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al-Israa’: 36).

    Keempat: Harut dan Marut adalah dua malaikat yang Allah turunkan untuk menguji hamba-Nya. Mereka mentaati Allah dan tidak melakukan kecuali apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka untuk melakukannya. Allah memiliki hak untuk menguji hamba-Nya menurut kehendak-Nya, dengan apa pun yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat menghentikan-Nya atau keputusan Hukum-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
    وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ.
    Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” (QS. Al-Baqarah: 102).

    Adapun perkataan bahwa mereka adalah dua malaikat tapi kemudian berubah menjadi dua orang, karena mereka tidak menaati Allah dengan melakukan dosa, kemudian mereka ditolak masuk ke dalam Surga dan dihukum di dunia dengan hukuman digantung dengan menggunakan rambut mereka dan lain-lainnya, ini tidak lebih kisah dari perkataan dusta. Setiap Muslim wajib menolak  perkataan dusta ini. Dan sungguh harus menghindari membaca kitab-kitab, seperti Kitab Bada-i’ Az-Zuhuur fiy Waqqa-i’ Ad-Duhur.  Karena sesungguhnya penulis buku tersebut dan selainnya adalah mereka yang mengedarkan perkataan dusta seperti ini. Wallahu a’lam.

    Semoga Allah memberikan Taufiq dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, Keluarga dan para Sahabatnya.

    Lajnah Ad Daaimah Lilbuhuutsil 'Ilmiyyah Wal Iftaa (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa)
    Wakil Ketua: ‘Abdur Razzaq ‘Afiifiy
    Anggota : ‘Abdullah bin Ghadayyan
    Anggota: ‘Abdullah bin Sulaiman bin Mani’



    السؤال الثالث والرابع من الفتوى رقم (782) :
    س3: نصه: (عندنا أولاد ونريدهم يتفكرون بما خلق الله سبحانه وتعالى، هل الأرض التي على سطح الماء ماذا يحملها عن الماء، وقالوا: إن الأرض من سبع طبقات، وكل طبقة بها سكان، ومن عرض ما قالوا لنا: إن من طبقات الأرض سجيل أحر من النار يحط- يضع- الله بها أرواح المذنبين والكفار، وقالوا لنا: هاروت وماروت إنهم في الأرض ملائكة معذبين، جزاكم الله خيرا ما هو عذابهم) ؟

    ج3: أولا: ليس هناك أرض على سطح الماء حتى تسأل عما يحملها عن الماء، وإنما فوق الماء الهواء والسماء، وقد تماسكت الكونيات كلها ولزم كل منها مكانه بقدرة الله تعالي، قال الله تعالى: {إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ} (سورة فاطر الآية 41) وقد يكون هذا التماسك بسر أودعه الله الكائنات يعرفه من هيأ الله له أسباب معرفته من علماء السنن الكونية وغيرهم، وفي [صحيح البخاري] عن علي رضي الله عنه: «حدثوا الناس بما يعرفون أتريدون أن يكذب الله ورسوله (البخاري (1 / 41) طبعة محمد أوزدمير) » .
    ثانيا: أخبر الله بأن الأرض سبع طبقات فقال: {اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ} (سورة الطلاق الآية 12) الآية، والعلماء الذين قالوا باجتهادهم: أنها طبقات بعضها فوق بعض بينها هواء، ويسكن كل طبقة خلق من خلق الله، مستدلين بقوله تعالى: {يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} (سورة الطلاق الآية 12) الآية، ومنهم من قال: إنها سبع طبقات متلاصقة بعضها فوق بعض، ويستدلون بحديث: «من اقتطع شبرا من أرض طوقه يوم القيامة من سبع أرضين (متفق عليه) » .
    ثالثا: (سجين) من الأمور الغيبية التي يجب علينا أن نمسك عن الخوض فيها إلا بقدر ما بين الله في كتابه أو رسوله صلى الله عليه وسلم، وقد قال تعالى: {كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ} (سورة المطففين الآية 7) {وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ} (سورة المطففين الآية 8) {كِتَابٌ مَرْقُومٌ} (سورة المطففين الآية 9) فيجب أن نؤمن بذلك ولا نزيد عليه قولا من عند أنفسنا، وإلا وقعنا فيما نهى الله عنه بقوله: {وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ} (سورة الإسراء الآية 36)
    رابعا: هاروت وماروت ملكان من ملائكة الله امتحن الله بهما عباده، ولم يفعلا إلا ما أمرهما الله به، فكانا بذلك مطيعين لله فيما كلفا، ولله أن يختبر عباده ويمتحنهم بما شاء كيف شاء لا منازع له في قضائه وشرعه، قال الله تعالى: {وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ} (سورة البقرة الآية 102) الآية.  وأما أنهما كانا ملكين ومسخا رجلين، وأنهما أساءا بارتكاب المعاصي وحجبا عن السماء، وأنهما يعذبان في الدنيا أو معلقان من شعورهما، فكل هذا وأمثاله من كلام الكذابين من القصاص، فيجب على المسلم ألا يقبله منهم، وأن يتجنب القراءة في الكتب التي ليست مأمونة مثل كتاب [بدائع الزهور في وقائع الدهور] فإن مؤلفه وأمثاله هم الذين يذكرون مثل هذه الافتراءات. والله أعلم.

    وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

    اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
    نائب رئيس اللجنة : عبد الرزاق عفيفي
    عضو : عبد الله بن عبد الرحمن بن غديان
    عضو :عبد الله بن سليمان بن منيع

Label:

Kedudukan Sunnah Didalam Islam 1


 (منزلة السنة في الإسلام)





Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany


مقدمـــة
     الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه ومن والاه.
     وبعد:
     فهذه محاضرة كنت قد ألقيتها في مدينة الدوحة عاصمة قطر في شهر رمضان المبارك من عام 1392 هـ، وقد اقترح علي بعض الإخوان طبعها؛ لما فيها من فوائد هامة، ولحاجة المسلمين إلى مثلها.
     واستجابة لطلبهم؛ أنشرها تعميما للنفع بها، ومراعاة للذكرى والتاريخ، وقد أضفنا إليها بعض العناوين التفصيلية؛ إعانة للقارئ الكريم على استجماع أفكارها الرئيسية، وأرجو الله عز وجل أن يكتبني في جملة الدافعين عن دينه والناصرين لشرعه وأن يثيبني عليها وإنه أكرم مسؤول.




Muqaddimah 
Segala puji bagi Allah dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dan kepada para sahabatnya keluarganya... 

Dan setelah itu :
Ini merupakan muhadlarah yang pernah aku (Asy-SyaikhAl-Albani v) sampaikan di kota Dauhah ibu kotaQatar, pada bulan Ramadlan tahun 1392 H. Namunsebagian ikhwan meminta kepadaku agar ceramahtersebut ditulis menjadi sebuah buku; karena muhadlarahtersebut mengandung banyak faedah yang penting.Maka akupun memenuhi permintaan tersebut untukmenyebarkan manfaatnya. Sebagai peringatan, akutambahkan pula sebagian judul untuk membantu pembaca dalam memahami inti permasalahan setiappembahasannya. Aku berharap Allah agar mencatatkutermasuk orang yang membela agama-Nya, membelasyari’at-Nya, serta menuliskan pahala untukku. Diaadalah semulia-mulianya tempat meminta.



منزلة السنة في الإسلام وبيان أنه لا يستغنى عنها بالقرآن
      إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
     {يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون}.
     {يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا}.
     {يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما}.
     أما بعد: فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.
     وبعد: فإني لأظن أنني سوف لا أستطيع أن أقدم لهذا الحفل الكريم لا سيما وفيه العلماء الأجلاء والأساتذة الفضلاء ـ شيئا من العلم لم يسبق أن أحاطوا به علما فإن صدق ظني فحسبي من كلمتي هذه أن أكون بهذا مذكرا متبعا لقول الله تبارك وتعالى: {وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين} [الذاريات: 55].
     إن كلمتي في هذه الليلة المباركة من ليالي شهر رمضان المعظم لم أرَ أن تكون في بيان شيء من فضائله وأحكامه وفضل قيامه ونحو ذلك مما يطرقه فيه عادة الوعاظ والمرشدون بما ينفع الصائمين ويعود عليهم بالخير والبركة، وإنما اخترت أن يكون حديثي في بحث هام جدا لأنه أصل من أصول الشريعة الغراء وهو بيان أهمية السنة في التشريع الإسلامي.


Kedudukan As-Sunnah dalam Islam
Segala puji bagi Allah, kami memuji, memintapertolongan, meminta ampun serta memintaperlindungan kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa dan amal perbuatan kami.
Barangsiapa yang telah diberipetunjuk oleh Allah, tidak ada yang bisamenyesatkannya. Dan barangsiapa yang telah disesatkanoleh Allah, tidak ada yang bisa memberi petunjuk. Akubersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang berhaq untukdisembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutubagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalahutusan-Nya.Allah berfirman :
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepadaAllah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlahsekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaanberagama Islam.” (QS. Al Imran [3]: 102).

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-muyang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari padakeduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allahyang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu salingmeminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungansilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga danmengawasi kamu.” [QS. An-Nisaa’ [4] : 1].

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamukepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmudan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapamenta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya iatelah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab [33] : 70-71).Amma ba’duSesungguhnya perkataan yang paling benar adalahKitabullah, dan petunjuk yang paling baik adalahpetunjuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.Adapun perkara yang paling jelek adalah perkara yangdiada-adakan, dan semua perkara yang diada-adakanadalah bid’ah, sedangkan semua bid’ah itu sesat, dansemua kesesatan itu di neraka. Dan setelah itu :
Aku telah mempunyai perkiraan bahwa aku tidak akanbisa membawakan materi yang asing dalam acara ini,apalagi di sini banyak ulama dan ustadz yangterpandang. Kalau benar perkiraanku ini, cukuplahperkataanku ini sebagai pengingat, mengamalkan firmanAllah :
”Berilah peringatan, karena peringatan itu akanbermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzaariyaat [51] : 55).Ceramahku di malam bulan Ramadlan yang mulia initidak berkaitan dengan masalah keutamaan puasa,keutamaan shalat tarawih, atau yang lainnya, sepertiyang biasa disampaikan oleh para penasihat danpembimbing lainnya. Sehingga bisa memberikanmanfaat bagi orang yang menjalankan puasa, danmenghasilkan kebaikan dan barakah bagi mereka.Namun tema yang aku pilih dalam pertemuan ini adalahmasalah yang sangat penting, karena merupakan salahsatu pokok syari’at yang mulia, yaitu penjelasanpentingnya As-Sunnah dalam syari’at Islam.


وظيفة السنة في القرآن
     تعلمون جميعا أن الله تبارك وتعالى اصطفى محمدا صلى الله عليه وسلم بنبوته واختصه برسالته فأنزل عليه كتابه القرآن الكريم وأمره فيه في جملة ما أمره به أن يبينه للناس، فقال تعالى: {وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم} [النحل: 44].
     والذي أراه أن هذا البيان المذكور في هذه الآية الكريمة يشتمل على نوعين من البيان:
     الأول: بيان اللفظ ونظمه، وهو تبليغ القرآن وعدم كتمانه وأداؤه إلى الأمة كما أنزله الله تبارك وتعالى على قلبه صلى الله عليه وسلم.
     وهو المراد بقوله تعالى: {يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك} [المائدة: 67]، وقد قالت السيدة عائشة رضي الله عنها في حديث لها: "ومن حدثكم أن محمدا كتم شيئا أمر بتبليغه فقد أعظم على الله الفرية. ثم تلت الآية المذكورة" [أخرجه الشيخان].
     وفي رواية لمسلم: "لو كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كاتما شيئا أمر بتبليغه لكتم قوله تعالى: {وإذ تقول للذي أنعم الله عليه وأنعمت عليه أمسك عليك زوجك واتق الله وتخفي في نفسك ما الله مبديه وتخشى الناس والله أحق أن تخشاه}" [الأحزاب: 37].
     والآخر: بيان معنى اللفظ أو الجملة أو الآية الذي تحتاج الأمة إلى بيانه وأكثر ما يكون ذلك في الآيات المجملة أو العامة أو المطلقة فتأتي السنة فتوضح المجمل وتخصص العام وتقيد المطلق. وذلك يكون بقوله صلى الله عليه وسلم كما يكون بفعله وإقراره.


Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
Kita semua mengetahui bahwa Allah tabaaraka wa ta’alatelah memilih Muhammad dengan nubuwwah,memuliakannya dengan risalah, menurunkan kepadanya kitab-Nya Al-Qur’an Al-Karim dan memerintahkannyauntuk menerangkan kepada manusia. Allah ta’alaberfirman :
”Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamumenerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya merekamemikirkan” (QS. An-Nahl [16]: 44).Menurut pandanganku (Asy-Syaikh Al-Albani), Al-Bayan (penjelasan) yang disebutkan dalam ayat ini mencakup 2 macam penjelasan :

Pertama, penjelasan lafadh dan susunannya, yaitupenyampaian Al-Qur’an tidak menyembunyikannya danmenyampaikan kepada umat, sebagaimana Allah ta’alamenurunkannya kepada beliau . Inilah yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala :
”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkankepadamu dari Tuhanmu …” (QS. Al-Maaidah [5] : 67)

Telah berkata Sayyidah ‘Aisyah dalam haditsnya : 
”Barangsiapa yang mengatakan kepada kalian bahwaMuhammad menyembunyikan perkara yang diaperintahkan untuk menyampaikannya, berarti ia telah berbuat kedustaan yang besar kepada Allah”. Kemudianbeliau membaca ayat tersebut". [Diriwayatkan olehBukhari dan Muslim].Dalam riwayat Muslim: “Kalaulah Rasulullah menyembunyikan suatu perkara yang diperintahkanuntuk disampaikan, sungguh dia akan menyembunyikanfirman Allah ta’ala :
”Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yangAllah telah melimpahkan ni'mat kepadanya dan kamu(juga) telah memberi ni'mat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamumenyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akanmenyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedangAllah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.”(QS. Al-Ahzab [33] : 37)

Kedua, Penjelasan makna lafadh atau kalimat atau ayatyang ummat ini membutuhkan penjelasan. Yang demikian ini banyak dalam ayat-ayat yang mujmal(global), ammah (umum), atau muthlaq. Maka datanglahAs-Sunnah menjelaskan yang mujmal, mengkhususkan yang umum, dan membatasi yang muthlaq. Yangdemikian ini semuanya terjadi dengan perkataan beliau sebagaimana terjadi pula dengan perbuatan dan taqrir beliau.


Insya Allah Bersambung ..

Label:

Free Ebook PDF Transkrip Terjemah Muhadhoroh Syaikh Albany "Hadzihi Da'watuna!!"

Transkrip Terjemah Muhadhoroh Syaikh Albany


Saya berterima kasih kepada saudara saya, Ustadz Ibrahim, untuk sambutan dan pujiannya. Dan tidak ada yang dapat saya katakan untuk menjawabnya kecuali mengikuti contoh dari Khalifah pertama Abu Bakar As-Siddiq _, yang benarbenar merupakan khalifah pertama Rasulullah _ dengan haq.


Namun meskipun demikian, ketika dia mendengar seseorang memujinya dengan sesuatu kebaikan dan dia percaya bahwa pujian ini, tanpa melihat darimana asalnya, telah dilakukan secara berlebih-lebihan –dan ini pada saat dia menjadi Khalifah Rasulullah _ dan berhak atasnya –meskipun begitu- (tangisan beliau terdengar sesaat)- meskipun begitu, ia akan berkata: “Ya Allah, jangan bebankan tanggung jawab terhadapku atas apa yang mereka katakan (tentang diriku).

Dan jadikanlah aku lebih baik dari anggapan mereka (tentang seperti apa diriku). Dan maafkanlah aku atas apa-apa yang tidak mereka ketahui (tentang diriku).” Ini apa yang dikatakan oleh seorang besar As-Siddiq. Lalu apa yang akan dikatakan orang-orang setelahnya? Saya berkata, mengikuti apa yang dilakukannya, “Ya Allah, jangan bebankan tanggung jawab kepadaku atas apa yang mereka katakan (tentang diriku). Dan jadikanlah aku lebih baik dari anggapan mereka (tentang diriku). Dan maafkanlah aku atas apa yang tidak mereka ketahui (tentang diriku).”

Saya akan menambahkan dengan mengatakan bahwa saya bukanlah seseorang yang digambarkan seperti yang baru saja anda dengarkan dari saudara kita yang mulia, Ibrahim. Saya hanyalah seorang penuntut ilmu, bukan yang lainnya. Dan adalah kewajiban setiap penuntut ilmu untuk mentaati hadits dari Nabi _: “Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat. Dan beritakan dari (kisah) Bani israel tidak mengapa. Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dineraka.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Ahaadiitsul Anbiyaa, Bab 50 Maa Dzukira Ann Bani Israiil, hadits nomor 3461

Maka berdasarkan hadits ini dan menaati nash nabawiyyah, sebagaimana nash lain dari Kitabullah dan hadits Rasulullah _, kami melaksanakan tugas menyampaikan kepada manusia apa yang mereka tidak mengetahuinya. Namun hal ini tidak berarti bahwa kami telah berubah menjadi sesuatu seperti apa yang terdapat dalam prasangka baik saudara-saudara kami terhadap diri kami.

Persoalannya tidak demikian. Inilah kenyataannya yang saya rasakan dalam lubuk hati. Kapanpun saya mendengarkan perkataan ini, Saya diingatkan pada sebuah peribahasa lama, yang terkenal di kalangan para ulama: “Sesungguhnya seekor bughath (burung kecil) di tanah kita telah berubah menjadi elang.”

Sebagian orang tidak menyadari apa yang dimaksudkan dalam kalimat peribahasa ini. Bughath adalah seekor burung kecil yang tidak berharga –tetapi burung kecil ini menjadi seperti seekor elang dalam pandangan orang-orang- karena ketidaktahuan mereka…

Peribahasa ini benar mengenai banyak orang yang menyeru (berdakwah) kepada Islam, apakah di atas kebenaran, atau di atas kekeliruan dan kebohongan. Tetapi Allah mengetahui bahwa seluruh negeri Muslim hampa –kecuali untuk sangatsangat sedikit orang- dimana adalah benar jika dikatakan mengenai mereka “Dia dan dia adalah ulama.” Sebagaimana yang terdapat dalam hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam Shahih-nya, dari Abdullah bin Amr bin Al- ‘Ash _ yang berkata: Rasulullah _ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari dada para ulama, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sampai tidak tersisa seorang ulama –inilah intinya- sampai tidak tersisa ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh yang akan ditanyadan memberikan fatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” Shahih Bukhari, Kitab Al-Ilm, Bab Kaifa Yuqbadhu Al-Ilm 1:94, Shahih Muslim, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'i Al-Ilm wa Qabdhihi wa Zhuhuri Al-jahl wa Al-Fitan 16: 223-224)

Ketika Allah hendak mengambil ilmu, Dia tidak akan mencabutnya dari dada para ulama, seolah para ulama menjadi seperti seseorang yang tidak pernah belajar sesuatu sejak awal. Ini bukanlah dari Sunnah (cara) Allah ketika Dia berurusan dengan hamba-Nya, khususnya hamba-Nya yang shaleh –mengambil ilmu yang telah mereka tuntut karenaAllah ‘azza wa jall… Allah benar dan adil dalam kekuasaan- Nya –Dia tidak mencabut ilmu dari dada para ulama. Adalah dari Sunnah Allah terhadap mahluk-Nya bahwa Dia mengambil ilmu dengan mengambil para ulama (yakni mematikan mereka), seperti yang Dia lakukan terhadappenghulu para ulama dan para Nabi dan para Rasul, Muhammad _.

“…Sampai tidak tersisa ulama, orang-orang akan mengangkat pemimpin yang bodoh, yang akan ditanya dan memberikan fatwa tanpa ilmu. Sehingga mereka sesat dan menyesatkan.”

Hal ini tidak berarti bahwa Allah akan membiarkan bumi kosong dari ulama, yang melaluinya hujjah Allah dapat ditegakkan atas hamba-hamba-Nya, namun itu berarti semakin berlalunya waktu, semakin berkurang pula ilmu. Dan kita akan terus berada dalam keadaan seperti ini dengan ilmu yang semakin berkurang dan sedikit, sampai tidak terdapat lagi di muka bumi ini seseorang yang berkata: “Allah Allah”.

Anda sering kali mendengarkan hadits ini, dan ini adalah hadits shahih.

“Hari kiamat tidak akan terjadi ketika masih ada orang di muka bumi ini yang mengucapkan ‘Allah Allah’.” HR Muslim

Seperti orang-orang yang disebutkan di bagian akhir hadits tersebut “sampai tidak tersisa ulama, orang-orang akan mengangkat pemimpin yang bodoh” dan para pemimpin itu yang menafsirkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan penafsiran yang bertentangan dengan apa yang para ulama – saya tidak akan berkata mereka yang berada di masa lalu saja – berada di atasnya. Karena sesungguhnya mereka telah menggunakan hadits ini “Allah Allah” sebagai dalil dibolehkannya, bahkan mereka menganjurkan berdzikir kepada Allah dengan satu kata – Allah, Allah, Allah dan seterusnya (sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Sufi).

Dengan demikian tidak ada seorang pun yang tertipu atau tidak menyadari ketika mendengar hadits ini dengan penafsiran keliru tersebut. Saya pikir hal ini pantas, meskipun secara tidak sengaja, untuk mengingatkan saudara-saudara kita disini bahwa penakwilan ini batil, pertama-tama karena penjelasan hadits ini terdapat didalam riwayat lain dari hadits Rasulullah _. Dan kedua, jika penafsiran ini benar, tentu telah ditunjukkan dalam perbuatan para pendahulu kita yang shaleh (Salaf As-Shaleh), radhiallahu anhum. Maka jika mereka tidak melakukannya – penolakan mereka bertindak atas penafsiran ini menunjukkan kepalsuan penafsiran seperti ini. Maka bagaimana dengan anda jika riwayat lain ditambahkan, dan intinya, sebagaimana yang biasa dikatakan, bahwa Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan hadits ini dalam Musnad-nya dengan sanad yang shahih, dengan lafazh:“Hari kiamat tidak akan terjadi selama masih ada orang di muka bumi yang mengucapkan ‘laa ilaaha illa Allah.”

Maka inilah yang dimaksudkan dalam hadits pertama, dimana kata ‘Allah’ ditunjukkan dalam pengulangan. Intinya adalah bahwa pada hari ini, bumi ini hampa dari para ulama yang biasa mengisi dunia dengan keberadaan ilmunya dan akan menyebarkannya diantara manusia. Maka pada hari ini seperti kata pepatah: “Ketika dihitung mereka sangat sedikit Namun sekarang mereka lebih sedikit dari yang sedikit itu” Kita berharap kepada Allah ‘azza wa jall, Dia menjadikan kita diantara para penuntut ilmu yang benar-benar mengambil dari contoh para ulama dan yang secara jujur mengikuti jalan mereka. Inilah apa yang kita harapkan dari Allah ‘azza wa jall – bahwa Dia menjadikan kita diantara para penuntut ilmu yang mengikuti jalan mereka, yang mana Rasulullah _ bersabda mengenainya, “Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.” HR Muslim dari Abu Hurairah _

Hal ini membawa kita untuk membahas mengenai ilmu, yang telah disebutkan di banyak tempat di dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah: “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS Az-Zumar : 9)

Dan firman Allah: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah : 11)

Nah demikian cuplikannya.. silahkan download disini :


Server 2 Untuk Download Klik Gambar dibawah ini :



Label:

Free Ebook Kitab An-Nahwu Al-Wadhih jilid 2

Nah ini Kitab An-Nahwu Al-Wadhih jilid 2 nya, silahkan download disini :

Label:

Free Ebook Kitab An-Nahwu Al-Wadhih jilid 1

Alhamdulillah pada posting kali ini saya bagikan ebook kitab An-Nahwu Al-Wadhih untuk yang berminat mempelajarinya ataupun yang membutuhkan kitabnya untuk belajar namun susah mencarinya ...





Silahkan download Jilid 1 Disini :





Label:

Kupas Tuntas Mitos Menyingkap "Apa itu Wahabi?" | Free Ebook

Gencar Fitnah Terhadap Wahabi !! 


Bismillah, sungguh menyedihkan memang prilaku orang-orang al-ashogir, mereka selain tak mengenal dan membaca kitab-kitabnya langsung, mereka juga tak mampu menahan lisan-lisan buruknya.

Dibeberapa grup facebook, yang mereka menamakan diri sebagai grup Aswaja, Mereka menuduh da'wah "Wahabi" adalah dakwah Takfiri, namun kenyataannya mereka sendirilah yang mengkafirkan "Wahabi" ..Mengenaskan... padahal "Wahabi" yang mereka tuduh memiliki kaidah yang "super ketat" dalam hal takfir (Jelasnya anda bisa di blog ini pada artikel kami yang lain). Maka bagi orang-orang yang berilmu dan membaca kitab para ulama wahabi, perbuatan mereka seperti menepuk air didulang yang ujungnya memerciki wajah sendiri.. Alhamdulillah ...


Untuk lebih memperjelas, maka saya sarankan untuk anda mendownload ebooknya .Berikut daftar isi ebook yang kami sediakan spesial untuk anda :

Daftar Isi


Pendahuluan 1
Istilah Keliru yang Tidak Berdasar 6
Apa Itu “Wahhabi:? 6
Sekumpulan Dongeng yang Keliru 12
Mitos: “Usamah bin Laden adalah “Wahhabi”” 12
Hubungan Bin Laden dengan Aliran Sufi 13
Ketaatan Mutlak Bin Laden kepada Qutbisme 16
Keberadaan Qutbisme sebagai Sebuah Ideologi 17
Prinsip Dasar Aliran Qutb 21
Qutbisme adalah Khawarij Abad Ini 33
Ancaman Khawarij 42
Peringatan Ulama “Wahhabi” akan Bahaya Khawarij
Abad Ini 47
Bin Laden Dikhususkan dalam Tulisan-Tulisan Mereka 47
Kegagalan dalam Membedakan Ideologi Ortodoks dan
Ideologi Revolusioner Kontemporer 53
Prinsip-Prinsip Dasar Pemahaman Salafiyyah 59
Pertimbangan Hati-hati 59
Membenarkan Eksistensi Allah 61
Mengenal Allah melalui Nama dan Sifat-nya 68
Meyakini bahwa Tidak Ada yang Berhak Disembah
Kecuali Allah Semata 69
Penentangan terhadap Tauhid 77
Orang-orang yang Berpegang Teguh pada Tauhid
Saat ini Dijuluki “Wahhabi” 79
Istiqamah di atas Tauhid Sejati 87
Prinsip Nabawiyah dalam Perbaikan 91
Jalan Lurus para Nabi dan Rasul 95
Bin Laden dan Kelompok-kelompok dan Gerakan
Islam Jauh dari Jalan ynag Lurus 109
Menolak Pemahaman Keliru 113
Jalan Universal, Tidak Terikat pada Perubahan 113
Salafiyyah adalah Manhaj Wahyu 115
Pemahaman Keliru: Manusia Harus Terus Berusaha
Mengadakan perubahan dalam Agama 120
Jalan Sempurna dan Meyakinkan dari Sang Pencipta 123
Dakwah Kepada Penyatuan Agama 133
Pemahaman Keliru: Salafi telah Menciptakan
Pemahamannya Sendiri mengenai Ahli Kitab
Masa Kini 133
The Pot Calling the Kettle Black: Kesalahan dalam
Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an 134
Keyakinan Ortodoks mengenai Ahli Kitab 138
Hubungan dengan Ahli Kitab 150
Salafi Menolak Perbuatan Khianat 154
Salafi Tidak Menganut Keimanan Pinggiran 159
Kebenaran Tidak Selalu Sejalan dengan Keingian Kita 160
Satu-satunya Tuhan yang Haq hanya akan Menurunkan
Satu Agama 161
Nama Satu Agama yang Universal Ini 163
Kambing HItam Internasional 166
Menyesatkan Manusia dari Dakwah para Rasul 166
Menghidupkan Kembali Jalan Lama 170
Kelompok-kelompok dan Pergerakan Muslim
Berpaling dari Dakwah Kebenaran dan Menantang ini 175
Tindak Balas 11 September 181
Perkataan yang Adil telah Disuarakan 183
Upaya Tulus Memahami Setiap Aspek Terorisme 185
Menunjuk dan Mendefiniskan Terorisme 188
Kecaman Keras Ulama Salafi terhadap Terorisme
Sebelum dan Seusdah 11 September 192
Mencari di Tempat yang Salah 197
Salafiyyah Berlepas Diri dari Apa yang Mereka
Katakan 200
Lampiran I
Mengenal Allah Melalui Nama dan Sifat-Nya 202
Lampiran II
Seberapa Nyata Al-Qaidah? 209
Lampiran III
Membandingkan Ketidakadilan dengan Integritas 221
Lampiran IV
Adakah Wahhabi Berjuang di Irak? 226 

Selanjutnya, anda bisa mendownloadnya disini :


Label:

Waktu Membayar Mahar

Kapan Harus Membayar Mahar / Mas Kawin ?


Pertanyaan :
Syaikh Utsaimin ditanya: "Waktu pembayaran mahar, apakah di saat akad nikah ataukah setelah dicampuri?"


Jawaban:
Mahar wajib dibayar setelah wanita tersebut mengadakan khalwah, dicampuri, meninggal atau bercumbu. Apabila seorang suami telah melakukan khalwat dengan istrinya, maka wanita telah berhak mendapat mahar secara sempurna meskipun terus dicerai. Apabila telah terjadi akad nikah terus si suami meninggal dunia sebelum menjimainya maka dia (istri) berhak atas mahar yang sempurna, atau jika melakukan akad nikah terus menjimainya maka dia berhak atas mahar yang sempurna, bahkan meski hanya dicumbui saja tetap dia berhak atas mahar yang sempurna. Salah satu dari empat perkara (kematian, khalwat, senggama dan bercumbu) yang mewajibkan mahar sempurna.

Jika seorang suami setelah menikah belum melakukan khalwat dan belum melihatnya juga belum bersenggama dan bercumbu dengan istrinya, apa hak wanita tersebut?.

Wanita tersebut harus menjalani iddah, berhak mendapat bagian warisan dan memperoleh mahar mitsil bila sebelumnya tidak disebutkan maharnya. Penjelasan ini mungkin mendapat tanggapan negatif dari sebagian orang dengan mengatakan: "Bagaimana hal ini terjadi padahal laki-laki tersebut belum pernah melihat dan menggauli istrinya. Saya katakan bisa saja hal itu terjadi karena Allah berfirman: "Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istriistri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari". (Al-Baqarah: 234).

Dalam ayat di atas wanita sudah disebut sebagai istri walaupun belum digauli. Kalau begitu jika seorang laki-laki menikah kemudian menjatuhkan talak kepada istrinya sebelum digauli, maka apakah wanita tersebut berhak mendapatkan mahar sempurna?.

Jawab:
Apabila maharnya telah disebutkan kadarnya, maka wanita berhak mendapatkan separuh dari mahar tersebut dan jika belum ditentukan kadarnya, maka dia hanya berhak mendapatkan mut'ah tanpa menjalani iddah.

Berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuanperempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya". (Al-Ahzab: 49).

Dan berdasarkan firmanNya juga: "Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika istriistrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah." (Al-Baqarah: 237).

Majmu Fatawa Syaikh Utsaimin

Label: ,