Sabtu, 11 Februari 2012

Curhat tentang kalimat "memanjatkan doa"

Allah Berfirman :
"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada keizinan-Nya" (QS. Yunus:3)

Aqidah ahlu sunnah wal jama'ah as-salafush sholih radhiyallahu anhuma ajma'in tentang Allah sebagaimana ayat diatas, dan masih banyak lagi ayat2 serupa serta hadits2 shohih yang menjelaskan bahwa Allah 'Istawa diatas Arsy.


Dalam memahaminya, ahlu sunnah tanpa melakukan pemalingan makna (menta'wil), meyerupakan Allah dengan makhluq (Tajsim, Tasybih), tanpa membayangkannya / mengumpamakannya dan memisalkannya serta tanpa menggambarkan bagaimananya (Tamtsil, Takyif), juga tidak menyerahkan maknanya tanpa mau meyakini apa-apa.. dan juga tak menolak ayat-ayat tentang sifatNya (Ta'thil)... ini selaras dengan ayat : "Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allah Maha Mendengar serta Maha Melihat.."

Didalam ayat yang menjadi kaidah agung tersebut, Allah telah menolak keserupaanNya dengan seluruh makhluqnya, namun Allah mensifati dengan sifat yang ada pada manusia, yaitu melihat dan mendengar, maka seseorang yang akalnya terpatok kedalam Iman, akan mampu membaca makna yang jelas pada ayat tersebut yaitu:

"Allah melhat dan mendengar, namun melihatnya Allah dan mendengarnya Allah tidak sama dengan makhluknya... "

Nama boleh sama namun keadaan bisa tidak sama. Contoh mudah pada makhluq pun bisa didapati:
Kursi punya kaki, manusia punya kaki, monyet punya kaki, namanya sama kaki, namun apakah keadaannya sama ? tentu tidak kan ? Nah apalagi Allah yang telah mensifatiNya dengan sifat-sifat yang agung yang jauh dari keserupaan dengan makhluknya..

Dan mereka yang berkata bahwa Allah ada tanpa arah dan tempat adalah masuk kedalam kategori : menolak ayat-ayat tentang sifat.

mereka juga tidak komitmen, saat mereka menyebut doa, mereka selalu katakan :
"Marilah kita panjatkan doa kita kepada Allah ..."
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kata panjat adalah bermakna Menaiki, Naik, ke atas.

Mereka menolak Allah Istawa 'alal Arsy, tapi kok didalam bahasa kita (Indonesia) mereka sepakat dengan salafiyyin ahlu sunnah wal jama'ah .. seharusnya mereka komitmen, carilah kata untuk doa jangan pakai kata memanjatkan doa ..

coba deh sampaikan kepada yang menolak aqidah salaf ashabul hadits tentang komitmen ini, apakah mereka berkenan menggantinya dan menyesatkan semua ustadz - ustadz dan kiayi-kiayi mereka yang dalam setiap ceramahnya baik khutbah jum'at, idul fithri, idul adha, pengajian, selalu menggunakan kalimat : "Marilah kita panjatkan doa kehadirat Allah ... "

bukankah memanjatkan doa kepada Allah berarti menaikkan doa keatas menuju Allah ? bukankah menurut  mereka Allah ada tanpa arah dan tempat? tapi kok doanya memanjat? Apakah sesuatu yang  memanjat itu muter2 tanpa arah dan tujuan yang jelas?

Nah..kira2... apa ya kata ganti memanjatkan doa versi mereka?
.. ah saya mah mau nyimak saja deh ..

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda :

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda