10 Faidah Tentang Aqidah
1. TOLERANSI AGAMA |
Alloh سبحانه و تعالي berfirman: لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. (QS. Al-Kafirun[109]: 6] Sebagian kalangan menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk memperkuat ajaran toleransi antar umat beragama dan kebenaran agama selain Islam. Sungguh, ini adalah pemahaman yang bathil, bagaimana mungkin itu benar sedangkan Rosulullah صلي الله عليه وسلم selalu mengingkari, melarang dan mengancam dari agama selain Islam, bahkan ketika mereka menuntut beliau agar menghentikan hal itu, beliau tetap tegar dalam pendiriannya. Lantas bagaimana mungkin ayat ini menunjukkan kebenaran agama mereka?!! Ayat ini menunjukkan perintah agar Nabi صلي الله عليه وسلم berlepas diri dari agama mereka yang bathil, bukan malah menyetujuinya.(Lihat Badai’ Fawaid 1/248, Ibnu Qayyim) |
2. KARTU AJAIB |
Abu Hasan, Ali bin Umar berkata: “Saya pernah mendapati seorang di suatu majlis, ketika dia mendengar hadits ini,1&2 dia menjerit lalu meninggal dunia. Aku ikut mengurusi jenazahnya dan menyalatinya”.( Juz Bithaqah hal. 35-36, Hamzah al-Kinani) 1 Yakni hadits bithaqah (kartu) syahadat “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali hanya Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusannya”. Haditsnya diriwayatkan Tirmidzi 2/106, Ibnu Majah 4300, Ahmad 2/213, al-Hakim 1/6. (Lihat Ash-Shahihah al-Albani no. 135) 2 Teks Hadits: إِنَّ اللهَ سَيُخْلِصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلٰى رُءُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرْ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ سِجِّلاً كُلُّ سِجِّلٍ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَتُنْكِرُ مِنْ هٰذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُوْنَ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلث بَلٰى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةٌ فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيْهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَيَقُوْلُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُوْلُ يَا رَبِّ مَا هٰذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هٰذِهِ الْسِّجِلاَّتٌ فَقَالَ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ قَالَ فَتُوْضَعُ الْسِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةِ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ “Sesungguhnya Alloh akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat. Kemudian dibentangkan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan [dosa]. Tiap catatan bagai pandangan sejauh mata. Kemudian Alloh berfirman. “Apakah kamu memungkiri sesuatu dari catatan ini? Apakah para malaikat pencatat menganiayamu?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Alloh bertanya lagi, “Adakah kamu mempunyai udzur?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Lalu Alloh berfirman: “Benar. Sesungguhnya kamu di sisi-Ku mempunyai suatu kebaikan. Karena itu tidak ada penganiayaan atas kamu pada hari ini.” Kemudian dikeluarkan sepotong kertas yang di situ terdapat Asyahu an laa ilaaha illa Alloh wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya). Alloh berfirman: “Datangkanlah timbanganmu.” Orang itu berkata, “Apakah secarik kertas dibandingkan dengan catatan-catatan ini?” Kemudian Alloh berfirman: “Sesungguhnya kamu tidak akan teraniaya.” Nabi bersabda: “Lalu catatan-catatan itu diletakkan dalam neraca yang lain, maka catatan-catatan itu melayang dan secarik kertas itulah yang lebih berat, sehingga tidak ada sesuatu yang berat dibanding nama Alloh.” –Ibnu Majjah |
3. KUNCI KEMENANGAN |
Ketika pasukan Tatar menjajah Damaskus, banyak rakyat saat itu meminta bantuan kepada ahli kubur supaya lekas menghilangkan musibah tersebut, sehingga seorang penyair mereka mengatakan: يَـــــــــــــــــــــا خَائِفِيـــــــــــــــــــْنَ مِنَ الــــــــــــــــــــــــــــتَّتَرْ لُـــــــــــــــــــــــــــوْذُوْا بِـــــــــــــــــــقَبْــــــــــــــــــــــــــرِ أَبـــــــــــــــــــــــِيْ عُمَرْ عُوْذُوْا بِـــــــــــــــــــــــــقَبــــــــــــــــــــــــْرِ أَبـــــــــــــــــــــــــــــــِيْ عُمَرْ يُــــــــــــــــــــــــــــــــنْجِيْــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــكُمْ مِنَ الـــــــــــــــــــــــــــــــــــــضَّرَرْ Wahai orang-orang yang takut dari Tatar Mintalah kebajikan ke kubur Abu Umar Berlindunglah ke kuburan Abu Umar Niscaya dia menyelamatkanmu dari bahaya. Saya (Ibnu Taimiyyah) berkata pada mereka: “Seandainya orang-orang yang kalian mintai pertolongan tersebut ikut jihad bersama kalian, niscaya kalian akan kalah sebagaimana kaum muslimin mengalami kekalahan pada perang Uhud”.1 Setelah itu kami mengajak manusia agar memurnikan agama dan berdoa hanya kepada Alloh semata, sehingga manusia tidak diperkenankan untuk meminta pertolongan kecuali hanya kepadaNya semata, tidak boleh kepada selainNya walaupun dia seorang malaikat atau nabi yang terdekat, sebagaimana firman Alloh tentang perang Badr: إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan doamu. (QS. Al-Anfal[8]: 9) Tatkala manusia berubah memperbaiki keadaan dan mereka hanya meminta pertolongan kepada Alloh saja, maka Alloh memberikan kemenangan kepada mereka dalam menghadapi musuh mereka dengan kemenangan yang tiada bandingnya, dimana pasukan Tatar belum pernah mengalami kekalahan seperti saat itu. Semua ini meruakan buah dari tauhid dan ketaatan kepada rasul. Sesungguhnya Alloh berjanji akan menolong para utusan-Nya dan orang-orang beriman di dunia dan akhirat.(Lihat Istighasyah fi Roddi ‘Alal Bakri 2/631-6333, Ibnu Taimiyyah) 1 Semoga Alloh merahmati Syaikhul Islam!! Sungguh, alangkah tajamnya pemahaman beliau! Kalau saja pasukan perang di kalangan sahabat mengalami kekalahan dalam perang Uhud, padahal kesalahan mereka tidak sampai kepada derajat syirik, lantas bagaimana kiranya apabila pasukan perang bergelimang dalam kubang kesyirikan?!! Ya Alloh, hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan dan kemenangan untuk kaum muslimin dimanapun berada. |
4. LEBIH PARAH SYIRIKNYA |
Seorang ulama India, Shiddiq Hasan Khan رحمه الله pernah bercerita tentang perjalanan hajinya dalam kitabnya “Rihlah Shiddiq ila Baitil Atiq” hal. 171-172: “Termasuk keajaiban yang tidak layak disembunyikan bahwa para pelaut apabila merasa ketakutan terhadap kapal dan penumpangnya, mereka meminta tolong dengan memanggil nama Syaikh Aidarus1 dan selainnya, mereka tidak menyebut Alloh sedikitpun. Apabila saya mendengar mereka meminta tolong dan memanggil wali-wali mereka, saya sangat khawatir sekali akan turunnya bencana menimpa kapal yang kami tumpangi. Saya berkata dalam hati: Aduhai, apakah kapal ini akan sampai ke tepi dengan selamat?!! Sesungguhnya orang-orang musyrik Arab dahulu dalam kondisi seperti ini, mereka hanya berdoa kepada Alloh saja dan melupakan tuhan-tuhan mereka yang bathil sebagaimana firman Alloh: فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. Al-Ankabut[29]: 65) Anehnya, mereka yang menamakan diri mereka “muslim” malah berdoa kepada selain Alloh dan menyebut nama-nama makhluk-Nya. Sungguh benar firman Alloh: وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh. (QS. Yusuf[12]: 106) Hanya saja karena rahmat Alloh yang begitu luas, akhirnya kapalpun sampai ke tujuan dengan selamat. (Dinukil dari Ta’liq Kasyfu Syubuhat, Ali al-Halabi hal. 72-74) 1 Banyak sekali orang yang disebut dengan “Aidarus”, namun mungkin yang paling mendekati di sini adalah yang paling popular diantara mereka, yaitu Abu Bakar Abdullah asy-Syadzili al-Aidarus, wafat tahun (914 ). Lihat biografinya dalam al-Kawakib as-Saairah 1/113 oleh al-Ghozzi. |
5. MENYELISIHI ROFIDHOH |
Al-Alusi رحمه الله dalam kitabnya “ath-Thurrah ‘ala Ghurrah” 12/14 menyebutkan bahwa merupakan perkara yang populer di kalangan kelompok Syi’ah Rafidhah; dibenci memisahkan antara Nabi dan keluarganya dengan huruf (عَلَى). Mereka berdalil dengan hadits palsu: مَنْ فَصَلَ بَيْنِيْ وَبَيْنِ آلِيْ بِ (عَلَى) لَمْ يَنَلْ شَفَاعَتِيْ Barangsiapa yang memisah antaraku dengan keluargaku dengan huruf ala, maka dia tidak mendapatkan syafa’atku. Tak sedikit dari tokoh Syi’ah sendiri telah menegaskan bahwa hadits ini palsu, maka hendaknya bagi Ahli Sunnah untuk menyelisihi Rafidhah dengan mengatakan: (وعَلَى آلِهِ) (Mu’jam Manahi Lafdziyyah hal. 594, Bakr Abu Zaid). |
6. DIALOG ANTAR AGAMA |
Soal: Bolehkah mengadakan dialog/debat antar agama, seperti yang terjadi antara dai Ahmad Deedat dan pendeta Nashrani? Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin رحمه الله menjawab: Debat/dialog antara kaum muslim dengan kaum kaum kafir apabila diperlukan maka hukumnya wajib. Namun bagi seorang yang akan berdebat dengan kaum kafir dia harus memiliki pengetahuan tentang Islam untuk memperkuat argumennya dan juga memiliki pengetahuan tentang kebobrokan agama lawan untuk membantah kerancuan-kerancuan yang akan diutarakan. Saya telah menyaksikan sebagian perdebatan antara dai Ahmad Deedat dan pendeta nashari. Sungguh mengagumkanku perdebatannya, yang akhirnya dia dapat membungkam mulut pendeta nashrani tersebut dan mematahkan semua argumennya. Segala puji bagi Alloh. (Ash-Shohwah Islamiyah hal. 160-161) |
7. ADA NABI WANITA? |
Sebagian ulama semisal Abul Hasan al-Asy’ari, al-Qurthubi, Ibnu Hazm رحمهم الله berpendapat bahwa ada Nabi wanita seperti Maryam, Hawa, ibu Nabi Musa, Sarah, Hajar, Asiyah. Namun pendapat ini ganjil dan lemah ditinjau dari sembilan segi. (ar-Rusul wa Risalat hal. 84-88, DR. Umar Sulaiman al-Asyqar) |
8. MENGGUGAT SYARI’AT |
Seorang zindiq yang dikenal dengan Abu Ala’ al-Ma’arri menggugat syariat potong tangan bagi pencuri dalam syairnya: يَـــــــــــــــدٌ بِخَمْسِ مِئِيْنٍ عَسْجَدٍ وُدِيَــــــــــــــــتْ مَا بَـــالُــــــــــــــهــَا قُطِعَتْ فِيْ رُبْعِ دِيْــــــــــــــــــــــــــــــنَارِ؟ تَنَاقُضٌ مَالَـــــــــــــــــــــنَا إِلاَّ الـــــــــــــــسُّــــــــــــــــكُوْتُ لَهُ وَنَسْـــــــــــــــــــــــــــــــتَجِيْــــــــــــــــــــــــــــرُ بـــــــــــــِمَوْلاَنَا مِنَ الْـــــــــــــــعَارِ Diyat tangan adalah lima ratus dinar Tetapi mengapa dia dipotong karena seperempat dinar? Kontradiksi nyata tapi kita tidak dapat berbuat kecuali hanya diam saja Dan memohon perlindungan kepada Alloh dari kehinaan1 Maka sebagian ulama membantahnya dengan mengatakan: يَـــــــــــــــدٌ بِخَمْسِ مِئِيْنٍ عَسْجَدٍ وُدِيَتْ لَـــــــــــــــــكِنَّهَا قُطِعَتْ فِيْ رُبْعِ دِيْــــــــــــــــــــــــــــــنَارِ عِــــــــــــــــــــــــــــــزُّ الأَمَانَةِ أَغْلاَهَا وَأَرْخَصَهَا ذُلُّ الْــــــــــخِيَانَةِ فَافْهَمْ حِكْمَةَ الْبَارِيْ Diyat tangan adalah lima ratus dinar Tetapi dia dipotong karena seperempat dinar Kemuliaan amanat yang membuat tangan menjadi mahal Dan harganya menjadi murah tatkala dia berkhianat Maka fahamilah hikmah syariat Alloh 1 I’lam Muwaqqi’in 3/287, Ibnu Qayyim. Faedah: Imam adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I’tidal 1/112: “Dia memiliki syair yang menunjukkan bahwa dia adalah zindiq”. Yaqut al-Hamawi juga berkata: “al-Ma’arri dalah keledai yang tolol, sebab hikmah di balik syari’at ini sangat jelas, seandainya saja tangan pencuri tidak dipotong kecuali apabila telah mencapai lima ratus dinar maka akan banyak pencurian kurang dari lima ratus dinar. Dan seandainya saja diyat tangan hanya sekedar seperempat dinar maka akan banyak orang yang memotong tangan lalu dengan mudahnya dia akan membayar tebusannya yang hanya seperemat dinar. Kita berlindung kepada Alloh dari kesesatan”. (Mu’jam Udaba’ 1/430). |
9. ARGUMEN KEROPOS |
Ada seorang tokoh agama yang berdalil bahwa para wali itu memiliki kemampuan di kuburnya sehingga dimintai doa, dia berdalil dengan ayat: وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka hidup di sisi tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS. Ali Imron[3]: 169) Lalu ada seorang awam kaum muslimin yang menjawab: “Kalau memang bacaannya adalah yarzuqun (mereka memberi rezeki) maka itu benar, tetapi kalau tidak maka ayat itu malah membantah dirimu sendiri”. (Tuhfah Thalib al-Jalis hal. 56, Abdul Lathif Alu Syaikh) |
10. AL-QUR’AN MAKHLUK? |
Ahmad bin Nashr berkata: “Saya pernah mendapati seorang yang kesurupan jin, lalu saya bacakan ayat di telinganya, tiba-tiba jin wanita berkata kepadaku: Wahai Abu Abdillah, biarkanlah aku mencekiknya, karena dia mengatakan: Al-Qur’an makhluk!!!”.( Thabaqat Hanabilah 1/81, Ibnu Abi Ya’la) Suatu kaum dari Ashbahan pernah berkata kepada Shahib bin Abbad: Seandainya Al-Qur’an itu makhluk, berarti dia bisa mati, lalu kalau mati di akhir bulan Sya’ban, bagaimana kita shalat tarawih nanti? Dia menjawab: Seandainya Al-Qur’an mati, maka Romadhan juga ikut mati, kita tidak perlu shalat tarawih, kita istirahat santai saja”. (Mu’jam Udaba’ 2/473, Yaqut al-Hamawi) |
Label: Aqidah
0 Komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan anda :
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda