Senin, 13 Februari 2012

10 Faidah Tentang Aqidah



1. TOLERANSI AGAMA

Alloh سبحانه و تعالي berfirman:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. (QS. Al-Kafirun[109]: 6]
Sebagian kalangan menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk memperkuat ajaran toleransi antar umat beragama dan kebenaran agama selain Islam. Sungguh, ini adalah pemahaman yang bathil, bagaimana mungkin itu benar sedangkan Rosulullah صلي الله عليه وسلم selalu mengingkari, melarang dan mengancam dari agama selain Islam, bahkan ketika mereka menuntut beliau agar menghentikan hal itu, beliau tetap tegar dalam pendiriannya. Lantas bagaimana mungkin ayat ini menunjukkan kebenaran agama mereka?!! Ayat ini menunjukkan perintah agar Nabi صلي الله عليه وسلم berlepas diri dari agama mereka yang bathil, bukan malah menyetujuinya.(Lihat Badai Fawaid 1/248, Ibnu Qayyim)



2. KARTU AJAIB

Abu Hasan, Ali bin Umar berkata: “Saya pernah mendapati seorang di suatu majlis, ketika dia mendengar hadits ini,1&2 dia menjerit lalu meninggal dunia. Aku ikut mengurusi jenazahnya dan menyalatinya”.( Juz Bithaqah hal. 35-36, Hamzah al-Kinani)

1  Yakni hadits bithaqah (kartu) syahadat “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali hanya Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusannya”. Haditsnya diriwayatkan Tirmidzi 2/106, Ibnu Majah 4300, Ahmad 2/213, al-Hakim 1/6. (Lihat Ash-Shahihah al-Albani no. 135)
2  Teks Hadits:
إِنَّ اللهَ سَيُخْلِصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلٰى رُءُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرْ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ سِجِّلاً كُلُّ سِجِّلٍ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَتُنْكِرُ مِنْ هٰذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُوْنَ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلث بَلٰى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةٌ فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيْهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَيَقُوْلُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُوْلُ يَا رَبِّ مَا هٰذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هٰذِهِ الْسِّجِلاَّتٌ فَقَالَ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ قَالَ فَتُوْضَعُ الْسِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةِ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ
“Sesungguhnya Alloh akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat. Kemudian dibentangkan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan [dosa]. Tiap catatan bagai pandangan sejauh mata. Kemudian Alloh berfirman. “Apakah kamu memungkiri sesuatu dari catatan ini? Apakah para malaikat pencatat menganiayamu?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Alloh bertanya lagi, “Adakah kamu mempunyai udzur?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Lalu Alloh berfirman: “Benar. Sesungguhnya kamu di sisi-Ku mempunyai suatu kebaikan. Karena itu tidak ada penganiayaan atas kamu pada hari ini.” Kemudian dikeluarkan sepotong kertas yang di situ terdapat Asyahu an laa ilaaha illa Alloh wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya). Alloh berfirman: “Datangkanlah timbanganmu.” Orang itu berkata, “Apakah secarik kertas dibandingkan dengan catatan-catatan ini?” Kemudian Alloh berfirman: “Sesungguhnya kamu tidak akan teraniaya.” Nabi bersabda: “Lalu catatan-catatan itu diletakkan dalam neraca yang lain, maka catatan-catatan itu melayang dan secarik kertas itulah yang lebih berat, sehingga tidak ada sesuatu yang berat dibanding nama Alloh.” Ibnu Majjah

3. KUNCI KEMENANGAN

Ketika pasukan Tatar menjajah Damaskus, banyak rakyat saat itu meminta bantuan kepada ahli kubur supaya lekas menghilangkan musibah tersebut, sehingga seorang penyair mereka mengatakan:
يَـــــــــــــــــــــا خَائِفِيـــــــــــــــــــْنَ مِنَ الــــــــــــــــــــــــــــتَّتَرْ
لُـــــــــــــــــــــــــــوْذُوْا بِـــــــــــــــــــقَبْــــــــــــــــــــــــــرِ أَبـــــــــــــــــــــــِيْ عُمَرْ
عُوْذُوْا بِـــــــــــــــــــــــــقَبــــــــــــــــــــــــْرِ أَبـــــــــــــــــــــــــــــــِيْ عُمَرْ
يُــــــــــــــــــــــــــــــــنْجِيْــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــكُمْ مِنَ الـــــــــــــــــــــــــــــــــــــضَّرَرْ

Wahai orang-orang yang takut dari Tatar
Mintalah kebajikan ke kubur Abu Umar
Berlindunglah ke kuburan Abu Umar
Niscaya dia menyelamatkanmu dari bahaya.
Saya (Ibnu Taimiyyah) berkata pada mereka: “Seandainya orang-orang yang kalian mintai pertolongan tersebut ikut jihad bersama kalian, niscaya kalian akan kalah sebagaimana kaum muslimin mengalami kekalahan pada perang Uhud”.1
Setelah itu kami mengajak manusia agar memurnikan agama dan berdoa hanya kepada Alloh semata, sehingga manusia tidak diperkenankan untuk meminta pertolongan kecuali hanya kepadaNya semata, tidak boleh kepada selainNya walaupun dia seorang malaikat atau nabi yang terdekat, sebagaimana firman Alloh tentang perang Badr:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan doamu. (QS. Al-Anfal[8]: 9)
Tatkala manusia berubah memperbaiki keadaan dan mereka hanya meminta pertolongan kepada Alloh saja, maka Alloh memberikan kemenangan kepada mereka dalam menghadapi musuh mereka dengan kemenangan yang tiada bandingnya, dimana pasukan Tatar belum pernah mengalami kekalahan seperti saat itu. Semua ini meruakan buah dari tauhid dan ketaatan kepada rasul. Sesungguhnya Alloh berjanji akan menolong para utusan-Nya dan orang-orang beriman di dunia dan akhirat.(Lihat Istighasyah fi Roddi Alal Bakri 2/631-6333, Ibnu Taimiyyah)

1  Semoga Alloh merahmati Syaikhul Islam!! Sungguh, alangkah tajamnya pemahaman beliau! Kalau saja pasukan perang di kalangan sahabat mengalami kekalahan dalam perang Uhud, padahal kesalahan mereka tidak sampai kepada derajat syirik, lantas bagaimana kiranya apabila pasukan perang bergelimang dalam kubang kesyirikan?!! Ya Alloh, hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan dan kemenangan untuk kaum muslimin dimanapun berada.

4. LEBIH PARAH SYIRIKNYA
Seorang ulama India, Shiddiq Hasan Khan رحمه الله pernah bercerita tentang perjalanan hajinya dalam kitabnya “Rihlah Shiddiq ila Baitil Atiq” hal. 171-172: “Termasuk keajaiban yang tidak layak disembunyikan bahwa para  pelaut apabila merasa ketakutan terhadap kapal dan penumpangnya, mereka meminta tolong dengan memanggil nama Syaikh Aidarus1 dan selainnya, mereka tidak menyebut Alloh sedikitpun. Apabila saya mendengar mereka meminta tolong dan memanggil wali-wali mereka, saya sangat khawatir sekali akan turunnya bencana menimpa kapal yang kami tumpangi. Saya berkata dalam hati: Aduhai, apakah kapal ini akan sampai ke tepi dengan selamat?!! Sesungguhnya orang-orang musyrik Arab dahulu dalam kondisi seperti ini, mereka hanya berdoa kepada Alloh saja dan melupakan tuhan-tuhan mereka yang bathil sebagaimana firman Alloh:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. Al-Ankabut[29]: 65)
Anehnya, mereka yang menamakan diri mereka “muslim” malah berdoa kepada selain Alloh dan menyebut nama-nama makhluk-Nya. Sungguh benar firman Alloh:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh. (QS. Yusuf[12]: 106)
Hanya saja karena rahmat Alloh yang begitu luas, akhirnya kapalpun sampai ke tujuan dengan selamat. (Dinukil dari Taliq Kasyfu Syubuhat, Ali al-Halabi hal. 72-74)

1  Banyak sekali orang yang disebut dengan “Aidarus”, namun mungkin yang paling mendekati di sini adalah yang paling popular diantara mereka, yaitu Abu Bakar Abdullah asy-Syadzili al-Aidarus, wafat tahun (914 ). Lihat biografinya dalam al-Kawakib as-Saairah 1/113 oleh al-Ghozzi.

5. MENYELISIHI ROFIDHOH

Al-Alusi رحمه الله dalam kitabnya “ath-Thurrah ala Ghurrah” 12/14 menyebutkan bahwa merupakan perkara yang populer di kalangan kelompok Syiah Rafidhah; dibenci memisahkan antara Nabi dan keluarganya dengan huruf (عَلَى). Mereka berdalil dengan hadits palsu:
مَنْ فَصَلَ بَيْنِيْ وَبَيْنِ آلِيْ بِ (عَلَى)  لَمْ يَنَلْ شَفَاعَتِيْ
Barangsiapa yang memisah antaraku dengan keluargaku dengan huruf ala, maka dia tidak mendapatkan syafaatku.
Tak sedikit dari tokoh Syiah sendiri telah menegaskan bahwa hadits ini palsu, maka hendaknya bagi Ahli Sunnah untuk menyelisihi Rafidhah dengan mengatakan: (وعَلَى آلِهِ) (Mujam Manahi Lafdziyyah hal. 594, Bakr Abu Zaid).

6. DIALOG ANTAR AGAMA

Soal: Bolehkah mengadakan dialog/debat antar agama, seperti yang terjadi antara dai Ahmad Deedat dan pendeta Nashrani?
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin رحمه الله menjawab: Debat/dialog antara kaum muslim dengan kaum kaum kafir apabila diperlukan maka hukumnya wajib. Namun bagi seorang yang akan berdebat dengan kaum kafir dia harus memiliki pengetahuan tentang Islam untuk memperkuat argumennya dan juga memiliki pengetahuan tentang kebobrokan agama lawan untuk membantah kerancuan-kerancuan yang akan diutarakan.
Saya telah menyaksikan sebagian perdebatan antara dai Ahmad Deedat dan pendeta nashari. Sungguh mengagumkanku perdebatannya, yang akhirnya dia dapat membungkam mulut pendeta nashrani tersebut dan mematahkan semua argumennya. Segala puji bagi Alloh. (Ash-Shohwah Islamiyah hal. 160-161)

7. ADA NABI WANITA?

Sebagian ulama semisal Abul Hasan al-Asyari, al-Qurthubi, Ibnu Hazm رحمهم الله berpendapat bahwa ada Nabi wanita seperti Maryam, Hawa, ibu Nabi Musa, Sarah, Hajar, Asiyah. Namun pendapat ini ganjil dan lemah ditinjau dari sembilan segi. (ar-Rusul wa Risalat hal. 84-88, DR. Umar Sulaiman al-Asyqar)

8. MENGGUGAT SYARIAT

Seorang zindiq yang dikenal dengan Abu Ala al-Maarri menggugat syariat potong tangan bagi pencuri dalam syairnya:
يَـــــــــــــــدٌ بِخَمْسِ مِئِيْنٍ عَسْجَدٍ وُدِيَــــــــــــــــتْ
مَا بَـــالُــــــــــــــهــَا قُطِعَتْ فِيْ رُبْعِ دِيْــــــــــــــــــــــــــــــنَارِ؟
تَنَاقُضٌ مَالَـــــــــــــــــــــنَا إِلاَّ الـــــــــــــــسُّــــــــــــــــكُوْتُ لَهُ
وَنَسْـــــــــــــــــــــــــــــــتَجِيْــــــــــــــــــــــــــــرُ بـــــــــــــِمَوْلاَنَا مِنَ الْـــــــــــــــعَارِ

Diyat tangan adalah lima ratus dinar
Tetapi mengapa dia dipotong karena seperempat dinar?
Kontradiksi nyata tapi kita tidak dapat berbuat kecuali hanya diam saja
Dan memohon perlindungan kepada Alloh dari kehinaan1
Maka sebagian ulama membantahnya dengan mengatakan:
يَـــــــــــــــدٌ بِخَمْسِ مِئِيْنٍ عَسْجَدٍ وُدِيَتْ
        لَـــــــــــــــــكِنَّهَا قُطِعَتْ فِيْ رُبْعِ دِيْــــــــــــــــــــــــــــــنَارِ
عِــــــــــــــــــــــــــــــزُّ الأَمَانَةِ أَغْلاَهَا وَأَرْخَصَهَا
          ذُلُّ الْــــــــــخِيَانَةِ فَافْهَمْ حِكْمَةَ الْبَارِيْ
Diyat tangan adalah lima ratus dinar
Tetapi dia dipotong karena seperempat dinar
Kemuliaan amanat yang membuat tangan menjadi mahal
Dan harganya menjadi murah tatkala dia berkhianat
Maka fahamilah hikmah syariat Alloh

 Ilam Muwaqqiin 3/287, Ibnu Qayyim.
   Faedah: Imam adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul Itidal 1/112: “Dia memiliki syair yang menunjukkan bahwa dia adalah zindiq”.  Yaqut al-Hamawi juga berkata: “al-Maarri dalah keledai yang tolol, sebab hikmah di balik syariat ini sangat jelas, seandainya saja tangan pencuri tidak dipotong kecuali apabila telah mencapai lima ratus dinar maka akan banyak pencurian kurang dari lima ratus dinar. Dan seandainya saja diyat tangan hanya sekedar seperempat dinar maka akan banyak orang yang memotong tangan lalu dengan mudahnya dia akan membayar tebusannya yang hanya seperemat dinar. Kita berlindung kepada Alloh dari kesesatan”. (Mujam Udaba 1/430).

9. ARGUMEN KEROPOS

Ada seorang tokoh agama yang berdalil bahwa para wali itu memiliki kemampuan di kuburnya sehingga dimintai doa, dia berdalil dengan ayat:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka hidup di sisi tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS. Ali Imron[3]: 169)
Lalu ada seorang awam kaum muslimin yang menjawab: “Kalau memang bacaannya adalah yarzuqun (mereka memberi rezeki) maka itu benar, tetapi kalau tidak maka ayat itu malah membantah dirimu sendiri”. (Tuhfah Thalib al-Jalis hal. 56, Abdul Lathif Alu Syaikh)

10. AL-QURAN MAKHLUK?

Ahmad bin Nashr berkata: “Saya pernah mendapati seorang yang kesurupan jin, lalu saya bacakan ayat di telinganya, tiba-tiba jin wanita berkata kepadaku: Wahai Abu Abdillah, biarkanlah  aku  mencekiknya,  karena  dia  mengatakan: Al-Quran makhluk!!!”.( Thabaqat Hanabilah 1/81, Ibnu Abi Yala)
Suatu kaum dari Ashbahan pernah berkata kepada Shahib bin Abbad: Seandainya Al-Quran itu makhluk, berarti dia bisa mati, lalu kalau mati di akhir bulan Syaban, bagaimana kita shalat tarawih nanti? Dia menjawab: Seandainya Al-Quran mati, maka Romadhan juga ikut mati, kita tidak perlu shalat tarawih, kita istirahat santai saja”. (Mujam Udaba 2/473, Yaqut al-Hamawi)

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda :

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda